Suparwono Manusia Tertinggi di Indonesia JAKARTA – Harapan Suparwono, 24, supaya namanya bisa dicatat sebagai manusia tertinggi di dunia dalam Guinness Book of World Records tidak akan pernah kesampaian. Sebab, buruh tani warga SP 8, Desa Tri Tunggal Jaya, Gunung Agung, Tulang Bawang, Lampung, itu ternyata lima sentimeter lebih pendek bika dibandingkan dengan pemegang rekor manusia tertinggi di dunia saat ini, yakni Sultan Kosen. Warga Turki itu memiliki tinggi tubuh 2,47 meter. Kosen masuk Guinness Book of World Records sejak September lalu setelah ’’mengalahkan’’ Bao Xishun, warga Tiongkok, yang setinggi 236,1 cm. Sebelumnya, Suparwono diklaim setinggi 270 cm atau lebih tinggi ketimbang Kosen. Ada pula yang menyebutkan, tinggi mantan pemain salah satu klub basket di Surabaya itu 271 cm. Hasil pengukuran resmi yang dilakukan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) kemarin (2/12) sama sekali berbeda. Muri mengukur tinggi Suparwono ’’hanya’’ 2,42 meter. Acara pengukuran di Jakarta itu juga dihadiri pendiri Muri yang juga bos Pabrik Jamu Jago Jaya Suprana. Jadi, Suparwono tidak memenuhi kualifikasi untuk masuk Guinness Book of World Records. Tetapi, pengukuran tersebut sudah cukup menjadikan dia sebagai manusia tertinggi di Indonesia. ’’Tim kami dari Muri telah mengukur Suparwono dalam posisi berbaring maupun berdiri. Hasilnya, dia memiliki tinggi tubuh 2,42 meter,’’ terang Direktur Muri Ngadri, seperti dikutip AFP. ’’Kami menerima banyak laporan pagi ini, termasuk hasil pengukuran dari rumah sakit, yang menyebutkan bahwa dia setinggi 2,71 meter. Tetapi, kami tetap berpegang pada pengukuran kami,’’ tegasnya. Nama Suparwono menjadi sangat populer pekan ini setelah salah seorang kerabatnya di Lampung mengundang para tetangga untuk berfoto bersama dengannya. Beberapa hari terakhir, dia muncul di acara talk show televisi di Jakarta sebagai ’’Raksasa asal Lampung’’. Tetapi, Suparwono justru lebih suka disebut sebagai ’’manusia gajah’’. Sebelum ke Jakarta kemarin, Suparwono sempat diundang ke Kantor Gubernur Lampung dan dijamu. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dan staf terlihat antusias menyaksikan pria kelahiran Banyumas, Pringsewu, 4 November 1983, tersebut makan. Suparwono mengatakan terkadang merasa ’’bangga’’ dengan tinggi tubuhnya. ’’Tetapi, (ukuran tubuh yang tinggi) itu juga menimbulkan masalah karena saya tak bisa hidup seperti orang yang normal,’’ katanya. Dia mencontohkan kesulitannya masuk bus umum atau mencari ukuran pakaian dan sepatu yang sesuai. Saat pamit ke gubernur Lampung, dia tanpa alas kaki karena tidak menemukan sepatu atau sandal berukuran 64. Di sela acara wawancara televisi, Suparwono juga bercerita pengalamannya menjadi manusia tertinggi. ’’Saya baru menyadari tinggi tubuh saya yang luar biasa ketika berusia 10 tahun. Saat itu saya sudah menjadi siswa tertinggi di sekolah dan desa saya,’’ katanya. Saat ini Suparwono tinggal bersama orang tuanya dan menjadi buruh tani. Dia kadang bekerja secara serabutan untuk mendapatkan penghasilan. ’’Dalam sehari, saya menghabiskan tiga kilogram beras dan sedikitnya 15 butir telur,’’ tuturnya. (AFP/dwi) |